Senin, 28 Oktober 2013

Sumpah Pemuda : Kebanggaan Berbahasa dalam Proses Menjadi Bangsa



“Bahasa itu ada untuk menyampaikan buah pikiran manusia”
Memperingati hari sumpah pemuda ke -85 Majalah Prisma menyelenggarakan seminar sehari Bangga Berbahasa Indonesia. Seminar ini didasari atas perkembangan bahasa Indonesia yang mulai terkikis di era globalisasi.  Seminar bertema "Ekonomi Politik Bahasa Indonesia & Identitas Bangsa: Bangga Berbahasa Indonesia" ini menghadirkan pembicara Rocky Gerung (FIB-UI), Ignas kleden (KID), Daniel Dhakidae (Prisma) dan Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan RI) sebagai pembicara pembuka. Seminar  diadakan di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Senin, (28/10).
Sebagai pembicara pembuka, Gita menjelaskan untuk menjadikan peringatan Sumpah Pemuda kali ini sebagai momentum membangun kesadaran untuk bangga berbahasa Indonesia. ''Karena itu, melalui sumpah pemuda ini, saya mengajak semua masyarakat untuk memulai menggunakan bahasa Indonesia dengan benar,'' tutur Gita. Gita menambahkan, sudah sepatutnya jika bangsa ini merasa bangga memiliki bahasa Indonesia sebagai salah satu identitas nasional yang sangat penting.
Sangat patut bila bangsa ini juga merasa bangga terhadap generasi muda di era pergerakkan nasional yang dengan sadar dan visioner telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. ''Saat ini adalah tugas sejarah generasi kita untuk mempertahankan warisan mereka itu sebagai sarana peneguh identitas bangsa. Dalam mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia itu, kita dituntut untuk ikut memperkaya dan memperluas penggunaannya secara baik di berbagai bidang kehidupan,'' jelas Gita.
Gita mengemukakan, Bangsa Indonesia harus bisa sejajar dengan Bangsa lain untuk bisa bersaing pada Era Globalisasi. Gita juga berharap pada masa mendatang, Bangsa Indonesia diakui Dunia dan Bahasa Indonesia juga diakui sebagai Bahasa Internasional, layaknya bahasa asing lain di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). “Bahasa Indonesia dan bahasa Asing dalam penggunaannya seharusnya dapat saling melengkapi dan mendukung dalam menghadapi tantangan dunia, layaknya dua sisi mata uang yang sama.
 “Konteksnya jelas, bagaimana caranya menjadikan Bahasa Indonesia bisa beragumentasi dan bernegosiasi bukan hanya dalam konteks nasional,  tetapi juga internasional,” ucap Gita. Hal tersebut untuk mengingat,  bahwa kebesaran bangsa Indonesia ini sudah jauh lebih besar. Unsur, ekonomi, dan lainnya bisa nyambung dengan Bahasa Indonesia.   Poinnya  adalah bagaimana menjadikan Bahasa Indonesia bisa menjadi Lingua Franca di Asia Tenggara, layaknya di PBB dengan lima bahasa resmi yang terdaftar. Gita mengajak ,agar bekerja sama untuk bisa mewujudkan kepentingan Bangsa Indonesia yaitu menjadikan Bahasa Indonesia  diakui sebagai Bahasa Internasional, layaknya bahasa asing lain di PBB.
Bahasa sebagai Proses Berpikir dan Proses Menjadi Bangsa
"Tak terasa pada tahun ini Sumpah Pemuda telah memasuki usia ke 85 tahun. Dapat diartikan seumur itulah kita telah ‘menjadi’ Indonesia,'' ujar Daniel Dhakidae, mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas. Ia melanjutkan bahwa bila dianalisis, salah satu konstruksi keindonesiaan yang ditemukan dan dibangun angkatan 1928 adalah bahasa Indonesia.  "Namun sayangnya kini sebagian besar dari kita menganggap bahasa Indonesia sebagai sesuatu yang natural. Sesuatu yang given (sudah ada sejak dulu dan tumbuh secara alamiah-Red). Sehingga penghormatan kita pada penggunaan bahasa Indonesia yang benar tidak lagi disikapi secara serius," papar Daniel.
Namun, Banyak orang seringkali "membunuh" bahasa Indonesia agar tampak canggih, intelek, unik, ataupun mengonstruksinya menjadi sebuah identitas kelompok tertentu yang semuanya mengaburkan identitas bahasa Indonesia. Menanggapi hal tersebut Rocky Gerung mengatakan, “Bahasa bukan hanya proses menjadi sebuah bangsa.” Tapi, lanjut Rocky, bahasa adalah proses berpikir. “Pada dasarnya, bahasa itu ada untuk menyampaikan buah pikiran manusia. Bila dalam hal berbahasa saja kita kacau, sudah sangat jelas bagaimana kacaunya pikiran kita,” Seloroh dosen Filsafat Universitas Indonesia.
Padahal angkatan 1928 menyadari sepenuhnya bahwa pembentukan Indonesia tidak mungkin dapat dilakukan tanpa mengikutsertakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu elemen penting dari konsepsi keindonesiaan konsepsi kita sebagai sebuah bangsa yang merupakan buah pemikiran dari pemuda kala itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar