Ketika kita
berbicara tentang pedidikan adalah sebuah aspek kehidupan yang tak terlepaskan
dari faktor-faktor penunjang alat untuk mencapai sebuah tujuan. Pedidikan
sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang
tidak akan pernah selesai. Upaya membantu seseorang untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemausiaan. Potensi kemanusiaan merupakn
benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji tunas kelapa muda
bagaimanapun wujudnya jka ditanam dengan baik. Jika dirawat dengan baik akan
menghailkan buah kelapa yang berkualitas. Pada hakikatnya, sifat manusia menjadi kajian
filsafat atropologi. Hal ini menjadi suatu keharusan oleh karena pendidikan
bukanlah sekedar soal praktek melainkan
praktek yang berlandasan dan berutujuan. Landsan dan tujuan pendidikan itu
sendiri sifatnya filosofis normative, sifat
filosofis normative karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan
adanya kajian yang bersifat mendasar, sitematis dan universal tentang cirri
hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan itu sendiri mempuyai tugas
untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut yng bernilai luhur, dan
hal itu menjadi keharusan. Apa yang terjadi jika semua manusia di bumi manusia
ini, khususnya bumi Indonesia tanah air yang kita dambakan, tanah air yang kita
junjung tinggi sebagagai harga diri bangsa, martabat bangsa. Ketika
manusia-manusia di Indonesia ini tidak diberi kesempatan untuk merasakan
pendidikan sebagai mana mestinya, mungkin hanya segelintir orang yang merasakan
pedidikan, dan segelintir orang itu hanayalah yang mampu, yang mampu dalam segi
materil. Bagaimana kalau seseorang yang tidak mampu? Tak mendapat kesempatan
jua pada pendidikan. Sesungguhnya menurut saya hal ini tiak merata.
Kita pasti akan menjadi bangsa yang terbelakang.
Bagaimana mungkin jika banga yang besar ini, bangsa yang tidak mudah merebut
dengan kemerdekaanya, bangsa yang diwarisi oleh para pejuang dan perintih
revolusi melawan penjajah ini diteruskan
kepada pewaris yang tak merasakan pendidikan sebagai mana mestinya. Maka dari
itu kita harus berusaha untuk merasakan pendidikan, pendidikan yang semestinya dirasakan menjadi
hakikat manusia, perjuangkan lah, layak kan lah dirimu untuk mendapatkan
pendidikan. Setinggi langit dan setinggi cita-ita mu untuk memajukan bangsa
ini. Cukuplah , cukup kita merasakan kepedihan dari penjajah laknat. Penjajah
yang tidak sama sekali patut kita sebut manusia.
Penjajah yang
menghambat kemajuan negeri kita, dan penjajah yang mengambil kekayaan alam kita
(rempah-rempah) untuk kepentingan negaranya.
menjajah bangsa kita dengan kjam, dengan memandang bangsa kita sebagai
bangsa pembodohan yang berisi orang-orang yang hendaknya mudah untuk
diperbudak. tidaklah kita patut untuk meerima kenyataan tersebut.
Maka dari itu
sahaya mengajak parapembaca sebagaimana mestinya hakikat manusia mengenyam
pendidikan yang seharusnya. Disebut sifat hakikat manusia karena sifat tersebut
hanya dimiliki oleh manusia, tidak terdapat oleh hewan. Pemahaman yang
diperoleh seorang yang berpendidikan adalah dapat menjadi acuan baginya dalam
bersifat, menyusun strategi, metode, dan tekhnik. Semua aspek yang diajarkan di
pendidikan itu sendiri haruslah di manfatkan baik oleh kita, minimal berfikir
untuk kemajuan keluarga. Kemudian jikalau anda sudah dapat menguasai
materi-materi yang diajarkan pendidikan hendaklah anda berfikir (mencetuskan
ide-ide) untuk kemajuan bangsa. Kita lah sebagai generasi muda. Generasi
penerus bangsa, generasi yang akan menjadi tulang punggung kehidupan berbangsa
ini selanjutnya. Dari paradigma teori ekonomi pendidikan ini bisa dibagi
menjadi tiga bagian , yaitu ilmu ekonomi deskriptif, analisisi, dan terapan.
- Dekriptif adalah menumpulkan fakta yang relevan mengenai pembahasan-pembahaan/topik-topik tertentu.
- Analisis adalah diberikan penjelasan mengenai cara kerja sitem perekonomian dan dapat memberikan asumsi-asumsi yang penting mengenai pembahasan sistem tersebut.
- Terapan bisa diartikan sebagai mencoba mengkaji analisis ekonomi , mencari apakah analisis-analisis teori ekonomi dapat didukung dengan statistic dan pembuktian dalam dunia nyata.
Ketika berbicara tentang pendidikan ibarat kata seperti
teori ekonomi. Tanpa kita bisa mendapatkan teori-teori tersebut, sulitkah kita
untuk menguji atau menerapkan dalam kehidupan. Tapi pada kenyataan sekarang,
masih banyak manusia-manusia Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan. Kita
tentu melihat anak –anak kecil pagi hari diajalan sedang mencari nafkah untuk
makan sehari-hari. Untuk membantu orang tua yang kesusahan dalam mecari nafkah.
Akankah mirisnya dada ini ketika kita dilihatkan pada kenyataan yang pahit
kawan. Akan kan mirisnya pikiran ini tertuju pada anak tersebut. Sia-sia saja
program pemerintah yang mencanangkan pendidikan gratis 12 tahun? Hanya sebagai
wacana pembahasan untuk memajukan bangsa, hanyalah sebagai program saja. Palsu
kawan, dibuatnya hanya untuk sebagai suatu kerjaan yang tak usai.
Tapi pada kenyataanya tidak merata program tersebut. Banyak
yang tidak bersekolah, tidak mendapatkan pendidikan semestiya. Mestinya setiap
orang sadar betul terutama kepada yang sudah merasakan bangku pendidikan,
hendaklah kalian memanfaatkan kesempatan tersebut. Berfikir dan bertindak untuk
kepentingan negeri ini bung. Kalian harus
pintar. Harus menjadi pendiri dan penerus bangsa yang jujur, sepatutnya bekerja maupun belajar dengan
jujur. Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak pikiran maupun
perbuataan. Menggugat dan mengubah
sistem pembodohan rakyat oleh pemerintah. Semerawut dalam mengerjakan masalah
yang tak kunjung usai di negeri kita ini, terutama dalam hal pendidikan. Bangsa
ini harus benar pada jalurnya. Membawanya
kepada bangsa yang maju. Menunjukan kepada dunia internasional bahwa bangsa
kita mampu, bangsa Indonesia hebat, bangsa yang maju. Sejahtera untuk
rakyatnya, merata perkembangan ekonominya maupun pendidikannya. Mewujudkan
cinta tanah air bangsa. Tidak lagi
bangsa yang berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar