Judul : H.M MISBACH KISAH HAJI MERAH
Penulis : Nor Hiqmah
Penerbit : Komunitas Bambu, 2008
Tebal : xxxvii + 120 halaman
Misbach
sangat bersahadja dan moedah bergaoel,Tetapi di dalem kalanganja orang-orang
jang mengakoe islam dan lebih mementingken mengoempoelken harta benda dari pada
menoeloeng kesoesahan ra’jat, Misbach seperti harimau di dalem kalangannja
binatang-binatang ketjil. – Marco Kartodikromo
Islam dan komunisme adalah dua kata
yang paling kontroversial di bumi Indonesia. Keduanya paling banyak disebut,
terutama dalam kamus sosial-politik dan ideologi. Keduanya ditakuti sekaligus
dikagumi. Kehancurannnya ditunggu, tetapi kebangkitannya juga diharapkan.
Keduanya selalu menjadi momokbagi rezim-rezim yang memerintah di bumi nusantara
ini, baik rezim Hindia Belanda, Jepang, Soekarno, Soeharto maupun
reformasi.Tidak heran jika akhirnya perpecahan di antara keduanya selalu
diusahakan. Namun, persatuan di antara keduanya selalu dikerjakan.
Dalam persatuan antara keduanya ini
tak lengkap bila kita tidak menyebut nama H.M. Misbach. Haji Misbach atau yang
lebih dikenal dengan Haji Merah adalah seorang pengusaha batik yang tergabung
dalam organisasi pra kemerdekaan Sarekat Islam (SI) di awal abad ke 20. Setelah
mengenal Marco Kartodikromo,Haji Misbach mempunyai gagasan menyiarkan agama
Islam melalui surat kabar yang didirikannya yaitu medan moeslimin dan Islam
bergerak. Dalam, perjalanannya di SI Misbach sangat dekat dengan kaum pekerja
dan berangkat pergaulannya itu ia dapat merasakan kesusahan yang dialami oleh
pekerja yang bekerja untuk pengusaha SI maupun pemerintah kolonial Belanda.
Sikap Misbach ini yang didekati
oleh ISDV yang menyusup ke dalam SI, tulisan-tulisan sangat tajam mengkritik
sistem kapitalisme melalui perspektif islam dan komunisme. Bukankah dalam Islam
mengajarkan untuk tidak ada penindasan dan hidup secara damai karena kedudukan
semua manusia adalah sama dan ini pun terdapat dalam manifesto komunis Marx.
Lalu, dalam sebuah pertemuan antara pimpinan Sarekat Islam HOS Tjokroaminoto
dengan Semaoen terjadi pertentangan yang akhirnya membuat SI pecah menjadi SI
putih dan SI merah. Sementara itu,Pertentangan antara islam dan komunis ini
berawal dari Muhammadiyah yang bersikap kooperatif dengan pemerintah Belanda,
saling tuding di media massa pun tak terelakkan. Islam Bergerak salah satu surat kabar yang gencar menyerang
Muhammadiyah. Baginya, Muhammadiyah adalah islam kapitalisme. Sedangkan SI,
adalah islam sama rata sama rasa atau islam komunis. Pertentangan ini
mengerucut pada ideologi kedua organisasi tersebut yaitu islam dan komunis.
Hal ini diperparah dengan perbedaan
pendapat Tjokro dengan Misbach. Tjokroaminoto berkata bahwa musuh kaum
pergerakan bukanlah kapitalisme, tapi “kapitalisme yang berdosa”. Tjokroaminoto
menganggap kapitalisme terbagi menjadi menjadi dua, yaitu “ Kapitalisme yang
jahat” dan “Kapitalisme yang baik”. Kaptalisme jahat adalah kapitalis Belanda
dan kapitalisme baik adalah kapitalis yang tergabung dalam SI. Ini ditentang
sangat keras oleh Semaoen dan Misbach, menurutnya kapitalisme tidak mengenal
baik atau jahat. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang diciptakan untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu kapitalisme harus
dienyahkan dari bumi. Misbach juga tak segan-segan menyerang
pengusaha-pengusaha yang tergabung dalam SI. Yang mengaku beragama tetapi masih
saja rakus, dan menjalankan riba. Menurutnya,riba merupakan salah satu bentuk
produk kapitalis yang menyengsarakan rakyat.
Terlihat jelas bahwa
Tjokroaminoto memihak kaum elite pribumi
dan Semaoen, Misbach membela kaum kromo yang tertindas. Semenjak itu pula
Misbach gencar mnulis di surat kabar menyebarkan paham islam dan komunis,
Misbach beranggapan ada titik temu antara Islam dan komunis yaitu kemanusiaan.
Misbach pun tak segan menyerukan untuk perang dengan Pemerintah Kapitalis
Belanda. Jauh sebelum agama sebagai teologi pembebasan yang terjadi di amerika
selatan, Misbach telah melakukannya. Baginya, islam adalah sebuah teologi
pembebasan untuk melepaskan belenggu penindasan. Ini sudah dibuktikan oleh nabi
Muhammad SAW ketika itu Mekkah terjadi ketimpangan sosial yang sangat besar antara
yang kaya dan miskin. Disinilah ia menemukan titik temu antara Islam dan
Komunis yaitu kemanusiaan, menolak kelas-kelas sosial, eksploitasi, pemupukan
kekayaan dan menolak perbudakan manusia.
Misbach, percaya bahwa realitas
sosiallah yang mempengaruhi kesadaran manusia itu sendiri. Ini dipraktekkannnya
dengan memimpin aksi pemogokan buruh bersama Semaoen medio 1920an. Dimana itu
adalah bentuk perlawanan kaum tertindas. Bukankah komunisme itu adalah biji
dari kapitalisme. Apabila, sudah terjadi penindasan yang sangat hebat maka
kesadaran untuk melawan penindasan itu pun akan lebih bergelora. Melihat
realitas saat ini bukankah masih sangat relevan ajaran Misbach. Dimana kita
masih di eksploitasi oleh kaum kapitalis,baik buruhnya maupun sumber dayanya, seolah
kita diperlakukan sebagai binatang atau bahkan benda mati oleh para pemilik
modal. Mengutip pernyataan Max Havelaar, “Bukankah
tugas manusia adalah menjadi manusia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar