Minggu, 10 Juni 2012

Ketika Buruh Bergerak. Resensi : Ketika Sarbupri Mengguncang Pabrik Karung Delanggu 1948

Penulis : Drs. Sarjana Sigit Wahyudi, M.S.
  Penerbit : Bendera
Tahun Terbit : 2001
  Halaman : 182 hlm

Ya, pasti ! Buruh dan tani di Indonesia belum merdeka sampai kapan pun! Bila Neo kolonialisme dan Imperialisme  masih bercokol di bumi Indonesia ini – Soekarno

Pemogokan kerja adalah bukan hanya  bentuk perlawanan untuk menuntut kesejahteraan dari kaum pemilik modal. Lebih dari itu mogok yang dilakukan buruh juga suatu bentuk perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Aksi buruh kali pertama terjadi di Amerika menjelang akhir abad 19 dengan menuntut pengurang jam kerja dan taraf kehidupan yang laik. Hingga akhirnya menyebar keseluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di Indonesia yang pada saat itu merupakan daerah jajahan pemerintah Belanda.

Kolonialisasi pasti banyak sekali menghisap tenaga kerja rakyat Indonesia dari awal abad 17. Hingga akhirnya pada tahun 1920an, buruh maupun tani Indonesia melakukan perlawanan dengan melakukan aksi mogok kerja. Aksi mogok tersebut ialah membuat pabrik yang dimiliki penjajah merugi. Karena selama buruh maupun tani bekerja dibayar dengan sangat murah bahkan untuk membeli 1kg beras pun tak cukup. 1945, Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaan yang  berarti lepas dari belenggu penjajahan.

Namun, kehidupan buruh masih sangat memprihatinkan. Aksi mogok buruh pertama setelah merdeka yakni di daerah Klaten, medio 1948. Mereka yang melakukan pemogokan adalah buruh kapas, rosella dan karung yang tergabung dalam organisasi Sarbupri (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia). Aksi buruh ini sarat muatan akan konstelasi politik yang melanda Indonesia pada saat itu. Aksi ini yang nantinya akan menjadi cikal bakal Madiun Affair  18 September 1948.

Sarbupri , seperti buruh pada umumnya yaitu menutut kenaikan upah dan penghidupan yang laik. Ada kesenjangan yang sangat nyata pada buruh dengan pemilik modal dan pemilik tanah. Keadaan inilah yang dimanfaatkan oleh PKI yang saat itu mengalami pencitraan buruk setelah Amir Syarifudin, didepak dari kursi perdana mentri.  Ketika itu Amir Syarifudin, langsung mengambil sikap dengan menyatakan oposisi dengan pemerintah yang menyetujui perjanjian renville. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari masyarakat adalah dengan memberikan simpati dan dukungan terhadap buruh di Klaten.

Hal itu dianggap pahlawan oleh kaum buruh di Klaten dan Sarbupri pun setuju menjadi sub underbouw PKI di bawah naungan SOBSI. Ini terbukti dengan  buruh  yang ikut organisasi Sarbupri berjumlah 15.000, sedangkan jumlah buruh di sana mencapai 20.000. Namun, tidak semuanya bejalan lancar. Para pemilik modal dan tuan tanah yang merasa rugi akibat pemogokan di dekati oleh Masyumi yang saat itu partai besar. Masyumi memberikan pemahaman berbau agama kepada buruh. Masyumi bersintesa, dalam Al-Qur’an kita tidak boleh membuat orang lain merugi, apabila kita melakukan itu kita dosa.Dan, membuat SBTII (Serikat Buruh Tani Islam Indonesia). Akan tetapi PKI membuat antitesa yang banyak diamini oleh buruh, biarkan pemilik modal maupun  tuan tanah merugi sementara waktu. Biar mereka tahu betapa sengsaranya kehidupan yang selama ini dialami buruh. Kita ini, tenaga revolusioner ! Mereka dapat tertawa senang diatas keringat jerih payah kita.

Pertikaian “ 2 gajah “ ini tak hanya sampai di sana. Ketika sarbupri melakukan pemogokan SBTII mencoba bekerja menggantikan buruh sarbupri, yang akhirnya memakan korban jiwa. Aksi buruh Sarbupri ini mendapat dukungan dari serikat buruh lain di beberapa kota seperti di Semarang. Aksi ini pun berakhir Juni 1948, dengan pelbagai kesepakatan. Sialnya, dikalangan organisasi kiri pun mengalami perpecahan. Syahrir dengan moderatnya, Amir Syarifudin yang memihak Soviet dan Tan malaka yang memilih netral. Ini yang membuat tidak kuat di dalam BP KNIP untuk menggoyahkan Perdana Mentri Hatta. Lalu Amir mengambil langkah berani dengan melakukan pemberontakan 18 September 1948. Karena kalah suara dalam BP KNIP. Dengan melakukan pemogokan buruh mempunyai bargain yang kuat untuk memperjuangkan kehidupannya. Begitulah kehidupan buruh. Tunduk ditindas, Diam ditindas. Tunduk dan Diam, atau bangkit melawan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar