Minggu, 12 Februari 2012

Militer Plus-plus

Ada yang terlihat berbeda di shelter bus way Pencenongan,Jakarta Pusat (7/2). Seorang anggota Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) nyelonong begitu saja ke shelter tersebut tanpa membeli tiket. Ricky, Petugas tiket yang berjaga kala itu juga tak dapat berbuat banyak melihat aksi anggota Kostrad tersebut. “Bukan hal yang aneh anggota TNI tidak membeli tiket,” imbuh Ricky yang telah bekerja selama enam menjadi petugas tiket Transjakarta. “kami juga tak berani memaksa mereka untuk membeli tiket.”
Tidak aneh apabila shelter bus way tersebut banyak yang penumpangnya dari kalangan TNI karena lokasinya yang dekat dengan Markas Besar Komando Strategi Angkatan Darat (MABES KOSTRAD). Hal tersebut menambahkan indikasi masih melekatnya hak-hak istimewa yang diberikan kepada Angkatan Bersenjata selama rezim Soeharto.
Di tempat berbeda yakni ketika saya naik Metro Mini, saya melihat anggota TNI diperlakukan layaknya bos oleh supir maupun kondekturnya: tidak dimintai ongkos, malah TNI tersebut dibelikan sebungkus rokok . ”Sudah biasa dari dulu, kalo mau aman harus dibacking TNI,” papar Otoy Kondektur Metro Mini tersebut.
Paradigma semua akan merasa aman dan tenang apabila kita mempunyai “teman” anggota TNI yang ditancapkan pemerintah terdahulu terbukti ampuh sampai saat ini. Padahal, A.H. Nasution telah lama mengecam perilaku TNI yang seperti itu. Dalam Buku ABRI: Penegak Demokrasi UUD 45, Nasution menyatakan hal tersebut telah memperkosa kepribadian militer itu sendiri untuk jauh dari masyarakat dan malah mabuk dalam perebutan kekuasaan.
Lalu sampai kapan sang anak loyal dari revolusi ini mendapat keuntungan dari rakyat atas status sosialnya sebagai alat pertahanan Negara. Bukankah ini malah menindas rakyat yang telah membiayai kehidupan militer melalui pajak yang ditetapkan Negara untuk rakyat dan dialokasikan untuk angkatan bersenjata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar