Sosok Ki Hajar
Dewantara tidak lepas dari dunia pendidikan. Baginya pendidikan bercita-cita
agar bangsa Indonesia merdeka lahir batin.
Dalam dunia pendidikan, tokoh Soewardi Soerjaningrat atau lebih
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang revolusioner. Lewat
pendidikan ia mempunyai misi untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari
penindasan penjajahan kolonial kala itu. Keberanian Ki Hajar Dewantara adalah
dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922. Sesuai dengan visi
misinya, siapapun boleh mengikuti pendidikan di Taman Siswa, tidak terkecuali
kaya atau miskin. Sehingga, Taman Siswa menjadi alternatif bagi bangsa
Indonesia, khususnya masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan. Namun,
bagi Belanda sendiri yang saat itu menjajah negeri ini, perguruan tersebut dikategorikan
sebagai sekolah liar. Dewasa ini, sebagian besar manusia dipengaruhi
perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi
informasi). Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga
melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun
relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam
masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil
dibuatnya, dan lain-lain. Hal ini mesti dijawab melalui pendidikan.
Dalam
pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh
lebih penting dan tentu tidak sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa
yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga
menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan
pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih
manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang. Ki Hajar
Dewantara, Bapak pendidikan Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi
kehidupan psikologisnya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta,
karsa dan karya.
Pengembangan
manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan
yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan
perkembangan sebagai manusia. Ki Hajar mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan
pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan
daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut
terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Manusia akan
benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia
yang seutuhnya adalah manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat sekitarnya.
Ki Hajar Dewantara mempunyai azas dan dasar-dasar
pendidikan dalam mendirikan Taman Siswa, dua dasar yang menjadi poin utama yang
paling mendasar adalah kemerdekaan dan keadilan sosial, dimana Ki Hajar
Dewantara menekankan hak kemerdekaan kepada setiap individu untuk mengatur
dirinya sendiri namun bukan kebebasan yang tanpa batas. Ki Hajar Dewantara
adalah pendidikan yang memerdekakan lahir batin di mana pendidikan dijadikan
sebagai alat untuk memerdekakan bangsanya. Ada tiga hal kemerdekaan yang
dimaksud diantaranya adalah berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang
lain serta dapat mengatur dirinya sendiri. Landasan filosofisnya adalah nasionalistis dan universalistis.
Nasionalistis maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan
independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal artinya
berdasarkan pada hukum alam segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak
Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan cinta,
kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri manusia.
Suasana
yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan,
kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya.
Maka hak setiap individu hendaknya dihormati, pendidikan hendaknya membantu peserta
didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual pendidikan
hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari
orang kebanyakan. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih
manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas
hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.
Ki Hajar Dewantara menekankan kebudayaan sebagai basis pendidikan nasional. Hal
ini tidak terlihat pada pendidikan yang dibangun saat ini yang lebih
mengutamakan taraf internasional sehingga akar budaya Indonesia semakin
lama akan tercabut.
Apa yang menjadi tujuan Ki Hajar Dewantara untuk
memajukan pendidikan di Indonesia saat ini seolah pudar, misinya seolah
tergerus oleh sistem pendidikan yang ada saat ini. Biaya pendidikan semakin
mahal sehingga tidak semua warga Indonesia terutama masyarakat miskin bisa
mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini bertentangan dengan Undang-undang
Dasar 1945, yang menjadi aturan tertinggi di negara ini, bahwa setiap warga
negara berhak atas pendidikan yang layak. Tidak ada salahnya jika pemikiran Ki
Hajar Dewantara kembali dipertimbangkan untuk diaplikasikan dalam dunia
pendidikan saat ini.
Selamat(kan) Hari Pendidikan Nasional !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar