Selasa, 09 April 2013

Tak Mau Digusur, Pedagang Blokade Stasiun Kalideres



Dari tak ada surat penggusuran dan aparat yang represif
Pedagang adu dorong dengan polisi, Selasa (9/4)
 
Selasa (9/4), Ratusan pedagang yang berjualan di belakang Stasiun Kalideres, berdemonstrasi menolak penggusuran. Mereka mayoritas berjualan sayur meminta agar  dipertemukan dengan pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI)."Saya mau bicara sama kepaka stasiun. Kami cuma berjualan dan tidak pernah menganggu aktifitas kereta ," Ucap Sadiah, salah satu  pedagang ikan. Ia menjelaskan, polisi datang pukul 09.30. Satu jam kemudian polisi pamong praja (pol PP) menghancurkan kios-kios pedagang dari bagian atas, padahal masih ada transaksi jual beli. Akibatnya, satu orang pedagang menjadi korban reruntuhan asbes yang menutupi kiosnya. “Ibu lagi ngelayanin pembeli, tiba – tiba langsung runtuh asbes, untung cuma kena kaki,” tutur Evi kepada didaktika.
Tak terima dengan kejadian ini, para pedagang melakukan demonstrasi persis di tengah rel, akibatnya mengganggu perjalanan kereta dari stasiun Tangerang menuju stasiun Duri begitu juga sebaliknya. Demontrasi yang dilakukan oleh serikat pedagang stasiun jakarta bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta serta Bem UI. Aksi ini juga dijaga sekitar tiga kompi Polis dari Polsek Kalideres dan satu kompi Marinir.  Kapolsek Kalideres Danu Wiyata menyatakan, penertiban pasar di lahan PT KAI, adalah wewenang dari PT KAI. Tugas polisi dan Marinir hanya menjaga keamanan dan ketertiban. "Tugas polisi dan Marini di sini hanya mengamankan jalannya unjuk rasa. Tuntutan pedagang juga akan kami sampaikan ke PT KAI," ujarnya.
Sebelumnya, pedagang yang sudah berjualan hampir 20 tahun, menolak untuk ditertibkan. Toto, salah  satu pedagang mengatakan, “Tidak ada sosialisasi mengenai penggusuran. Pun, kalo ada itu sangat mendadak dan tiga hari setelah surat diterima kita harus pindah.” Namun, pembongkaran tersebut mendapat perlawanan dari warga dengan melempari batu ke arah polisi. Menurut kesaksian seorang pengunjuk rasa, pelemparan batu tersebut sempat bisa diredakan petugas sekitar pukul 12.00 WIB.  Menurut Kepala Stasiun Kalideres, Ari mengatakan penertiban ini dilakukan untuk memperluas areal stasiun agar bisa menampung sekitar ratusan penumpang. Dan kegiatan ini sudah disosialisasikan dengan para pemilik kios PKL."Jadi kalau ada yang ngomong belum dikasih tahu, itu gak mungkin karena kita sudah sosialisasikan," ujar Ari.
Ari menjelaskan, kegiatan ini dilakukan juga karena kontrak antara PKL dengan pihak PT KAI juga sudah habis sejak tahun 2008." Jadi kalau mereka bilang sudah diperpanjang sampai 2016 itu bukan dengan kita," tuturnya. Sore hari menjelang, demo pedagang di kawasan Stasiun Kalideres yang menutup jalur kereta makin memanas. Pedagang yang dibantu mahasiswa ingin tetap bertahan dan melawan dengan perang batu saat dibubarkan polisi. Sebelumnya Kapolsek Kalideres Danu Wiyata berulang kali mengimbau warga membubarkan diri dengan tertib. "Demo sampai pukul 17.15. Kalau tidak mau mundur, tangkap saja. Jangan dipukul," katanya.
Namun, peringatan ini tidak diindahkan oleh mahasiswa dan pedagang. "Kita jangan mau menuruti polisi. Kita di sini bukan pendemo, kita memperjuangkan hak kita," kata Rio koordinator aksi. Akibatnya, empat orang mahasiswa diciduk polisi. Pedagang yang tak terima dengan tindakan tersebut langsung menimpuki aparat kepolisian dengan batu. "Kami dari mahasiswa UI ingin membantu PKL memperjuangkan haknya," kata Rio yang juga Mahasiswa UI Ilmu perpustakaan. Aparat kepolisian kemudian membalas 2 kali tembakan mengantisipasi pendemo yang kian brutal. Akibatnya seorang anak tewas terkena peluru nyasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar