Dari tak ada surat penggusuran dan aparat yang represif
Pedagang adu dorong dengan polisi, Selasa (9/4) |
Selasa (9/4), Ratusan pedagang yang
berjualan di belakang Stasiun Kalideres, berdemonstrasi menolak penggusuran.
Mereka mayoritas berjualan sayur meminta agar
dipertemukan dengan pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI)."Saya mau
bicara sama kepaka stasiun. Kami cuma berjualan dan tidak pernah menganggu
aktifitas kereta ," Ucap Sadiah, salah satu pedagang ikan. Ia menjelaskan, polisi datang
pukul 09.30. Satu jam kemudian polisi pamong praja (pol PP) menghancurkan
kios-kios pedagang dari bagian atas, padahal masih ada transaksi jual beli.
Akibatnya, satu orang pedagang menjadi korban reruntuhan asbes yang menutupi
kiosnya. “Ibu lagi ngelayanin pembeli,
tiba – tiba langsung runtuh asbes, untung cuma kena kaki,” tutur Evi kepada
didaktika.
Tak terima dengan kejadian ini, para
pedagang melakukan demonstrasi persis di tengah rel, akibatnya mengganggu
perjalanan kereta dari stasiun Tangerang menuju stasiun Duri begitu juga
sebaliknya. Demontrasi yang dilakukan oleh serikat pedagang stasiun jakarta
bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta serta Bem UI. Aksi ini juga dijaga
sekitar tiga kompi Polis dari Polsek Kalideres dan satu kompi Marinir. Kapolsek Kalideres Danu Wiyata menyatakan,
penertiban pasar di lahan PT KAI, adalah wewenang dari PT KAI. Tugas polisi dan
Marinir hanya menjaga keamanan dan ketertiban. "Tugas polisi dan Marini di
sini hanya mengamankan jalannya unjuk rasa. Tuntutan pedagang juga akan kami sampaikan
ke PT KAI," ujarnya.
Sebelumnya, pedagang yang sudah
berjualan hampir 20 tahun, menolak untuk ditertibkan. Toto, salah satu pedagang mengatakan, “Tidak ada
sosialisasi mengenai penggusuran. Pun, kalo ada itu sangat mendadak dan tiga
hari setelah surat diterima kita harus pindah.” Namun, pembongkaran tersebut
mendapat perlawanan dari warga dengan melempari batu ke arah polisi. Menurut
kesaksian seorang pengunjuk rasa, pelemparan batu tersebut sempat bisa
diredakan petugas sekitar pukul 12.00 WIB. Menurut Kepala Stasiun Kalideres, Ari
mengatakan penertiban ini dilakukan untuk memperluas areal stasiun agar bisa
menampung sekitar ratusan penumpang. Dan kegiatan ini sudah disosialisasikan
dengan para pemilik kios PKL."Jadi kalau ada yang ngomong belum dikasih
tahu, itu gak mungkin karena kita sudah sosialisasikan," ujar Ari.
Ari menjelaskan, kegiatan ini
dilakukan juga karena kontrak antara PKL dengan pihak PT KAI juga sudah habis
sejak tahun 2008." Jadi kalau mereka bilang sudah diperpanjang sampai 2016
itu bukan dengan kita," tuturnya. Sore hari menjelang, demo pedagang di
kawasan Stasiun Kalideres yang menutup jalur kereta makin memanas. Pedagang
yang dibantu mahasiswa ingin tetap bertahan dan melawan dengan perang batu saat
dibubarkan polisi. Sebelumnya Kapolsek Kalideres Danu Wiyata berulang kali
mengimbau warga membubarkan diri dengan tertib. "Demo sampai pukul 17.15. Kalau
tidak mau mundur, tangkap saja. Jangan dipukul," katanya.
Namun, peringatan ini tidak
diindahkan oleh mahasiswa dan pedagang. "Kita jangan mau menuruti polisi.
Kita di sini bukan pendemo, kita memperjuangkan hak kita," kata Rio koordinator
aksi. Akibatnya, empat orang mahasiswa diciduk polisi. Pedagang yang tak terima
dengan tindakan tersebut langsung menimpuki aparat kepolisian dengan batu.
"Kami dari mahasiswa UI ingin membantu PKL memperjuangkan haknya,"
kata Rio yang juga Mahasiswa UI Ilmu perpustakaan. Aparat kepolisian kemudian
membalas 2 kali tembakan mengantisipasi pendemo yang kian brutal. Akibatnya
seorang anak tewas terkena peluru nyasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar