Sabtu, 06 April 2013

Dunianya Sophie


                “Perbuatan yang paling membahagiakan adalah berbuat baik kepada orang lain,” (Maxim Gorky)

Sophie tidak mengetahui siapa pengirim surat – surat nan panjang dan membuatnya tercengang, hanya satu yang ia ketahui bahwa setiap surat itu sampai kepadanya slalu ada bekas gula di pinggiran surat tersebut. Sophie Amundsen, adalah salah satu tokoh dalam Dunia Sophie. Jostein Gaardner seorang penulis Perancis membuat sebuah karya yang cukup mencengangkan. Belum lama ini buku tersebut di cetak ulang. Sebuah novel brilian berisi plajaran filsafat. Hanya ada beberapa tokoh dalam karyanya ini. Dunia Sophie sering disebut – sebut sebagai novel filsafat, karena memang di dalamnya di jabarkan pula deretan tokoh filsafat barat (Eropa) beserta cuplikan pemikirannya. Novel ini di Buka dengan sebuah Pertanyaan. “Siapakah aku?” pertanyaan yang dijukan oleh seorang pengirim surat misterius kepada Sophie.
Menarik, karena pertanyaan ini adalah pertanyaan sederhana. Sepintas nampak sederhana akan tetapi itu merupakan sebuah dasar mengenal kembali siapa sesungguhnya diri kita. Bertanya adalah kunci berfilsafat. Karena dari pertanyaan maka akan muncul sebuah pengetahuan. Beberapa pertanyaan pertanyaan sederhana terus mengalir dalam bab awal novel ini. Sebuah pembelajaran tentang Filsafat sedang dilakukan oleh si pengirim surat. Menurut Gaardner Filsafat berasal dari kata Philo, yang artinya Cinta, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat adalah mencintai kebijaksanaan berfilsafat, berarti berusaha menjadi Bijak. Usai muncul pertanyaan siapakah kamu, selanjutnya adalah siapakah manusia? Pertanyaan demi pertanyaan datang silih berganti. Dari mana asal dunia?, apakah Bumi?, Siapakah malaikat?Untuk apa Hidup?. Pertanyaan pertanyaan tersebut kemudian berganti kepada penjelasan secara sistematis tentang alur sejarah Filsafat Barat. Mulai dari masa Klasik, sampai Modern. Dalam usianya yang baru 15 tahun ternyata Sophie harus merelakan sebagian besar waktu luangnya.
Mulai dari sepulang sekolah hingga larut malam. Surat – surat tersebut merubah dunianya. Deskripsi yang hidup soal Sophie memunculkan sebuah karakter, seperti tidak bosan – bosannya membaca, dan terus membacai karya Gaarder ini. Sebuah sejarah di tulis dengan cukup menarik dan tidak membosankan. Novel Filsafat Penjelasan awal soal sejarah Filsafat Barat dimulai dari Socrates. Bapak Filsafat. Socrates adalah seorang anak muda yang besar di Athena, yunani. Kenapa Socrates disebut sebagai bapak Filsafat, karena ia adalah Pioner dalam seni berdiskusi dan mempelajari sesuatu. Kata- kata Socrates yang paling terkenal adalah “Satu hal yang aku ketahui adalah aku tidak mengetahui apa – apa dan orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu.” Dari kalimat tersebut kita dapat mengetahui bahwa pemikiran Socrates adalah motor dari berdirinya bangunan pengetahuan. Keingin tahuan muncul dari sebuah pertanyaan. Sokrates pada zamannya adalah pelopor terbentuknya sekolah (Stoik). Metode pendidikannya adalah berdiskusi, dengan tema – tema sindiran. Socrates bukanlah seorang ilmuan melainkan seorang etis. Pekerjaannya adalah berkeliling ke tempat tempat dimana banyak orang berkumpul, kemudian mengajak orang berdiskusi. Orang yang pernah diajak berdiskusi adalah dari kalangan mana saja. Plato seorang murid Socrates pernah mencatat, waktu sang guru berdiskusi dengan seorang pedagang yang ahli matematika.
 Sang ahli matematika akhirnya menjelaskan pengalamannya selama berdiskusi dengan Socrates. “Orang tidak akan merasa di gurui saat berdiskusi dengan Sokrates,” ungkap sang ahli matematika. Tidak banyak yang bisa di bagambarkan dari Sokrates lewat novel dunia Sophie, pun Sokrates memang tidak pernah menuliskan pemikirannya. Plato. “Segala sesuatu di dunia ini berasal dari ide,” ungkap Filsof yang menjadi motor penalaran Deduktif. Plato juga merupakan kaum Sofis. Pada 400 SM, Athena mengalami masa keemasan. Di mana tiap pemudanya tidak harus menghabiskan waktu untuk bekerja, dan para wanita hidup dengan damai tanpa ada rasa risau suaminya tidak kembali dari perang. Zaman keemasan ini di namakan zaman Helenistik. Karya besar Plato yang paling terkenal dan banyak dipakai oleh filsuf – filsuf lainnya baik di zaman modern sampai saat ini adalah Republik. Republik merupakan sebuah bentuk negara. Negara Ideal ciptaan Plato. Menurut Plato pemimpin sebuah negara ideal tersebut adalah Filsuf. Negara menurut plato terbagi ke dalam 3 bagian. Bagian kepala, dada, dan kaki. Tiga bagian ini kemudian di terjemahkan kepada: Raja/ Presiden, alat pengontrol raja (Parlemen), sampai kepada kaki, alat gerak. Yaitu dianalogikan sebagai rakyat yang berada dalam kedaulatan negara. Maju atau mundurnya sebuah negara terletak pada rakyatnya sendiri yang menentukan. Plato menjadi Inspirasi beberapa filsuf modern. Terutama pemikirannya soal politik.
 Beberapa Filsuf tersebut adalah: John Locke, Bekeley, Hume, J. J. Roseau, sampai kepada Hegel. Gagasannya tentang Imortalitas (keabadian) diambil semua filsuf tersebut. Akan tetapi masing - masing pengikut plato kebanyakan mengambil sebgaian besar pemikiran politiknya. Semisal, Locke, seorang Filsuf Inggris, yang kemudian menciptakan teori Trias Politika. Sementara, J.J Roseau Filsuf Perancis menemukan simpul, bentuk bentuk negara. Menurut Roseau negara yang paling cocok menggunakan sistem demokrasi adalah negara kecil. Kemudian negara yang setengah besar cocok menggunakan sistem Aristokrasi, kemudian negara besar, cocok memakai sistem kerajaan. John Locke besar di Inggris pada abad ke 17 M, dimana pergolakan masyarakat atas monopoli parlemen sedang berlangsung. Locke kemudian juga sering disebut sebut sebagai bapak Revolusi yang paling moderat. Demokratik Otoriter menjadi pegangan pemikiran politik Locke. Salah satu Teorinya yang paling terkenal adalah Kontrak Sosial. Kontrak sosial adalah kesepakatan antara rakyat dengan parlemen untuk membuat sebuah pembagian kekuasaan.
Revolusi Industri di Inggris yang berhasil merubah hampir seluruh tatanan sosial di Eropa. Perlu ditegaskan bahwa revolusi Industri di Inggris tidak hanya menyisakan pelbagai penemuan tentang mesin mesin produksi, melainkan juga kesengsaran dan kelaparan besar bagi masyarakat kelas pekerja. Banyak tenaga kerja (buruh) yang di rumahkan akibat tenaganya terganti dengan tenaga mesin. Selain Locke, pada tahun 1724 – 1804 muncul seorang pemikir dari Jerman. Imanuel Kant, mendapat pula sedikit pengaruh dari Plato. Gagasan utama Filsuf ini adalah Idealisme. Idealisme Jerman, pun demikian dalam banyak tulisannya Kant tidak melulu mengandalkan konsep Ideal melainkan juga material. Kant percaya bahwa setiap rasa yang di peroleh oleh indra adalah sensasi (interpretasi) mental (jiwa) manusia itu sendiri. Mental atau jiwa tersebut, hari ini sering di sebut sebagai Rasio. Kant ialah seorang pelopor Rasionalisme di Eropa. “Perangkat mental kita sendiri yang menata sensasi tersebut sesuai dengan ruang dan waktu.” Sebagai sebuah negara yang mengalami lebih dulu Reformasi−pencerahan di eropa secara umum, Jerman banyak menelurkan Filsuf yang kemudian menjadi pelopor rasionalisme, dan materialisme. Setelah Kant kita akan berangkat kepada Hegel.
Meskipun dalam banyak gagasan Hegel mengkultuskan diri sebagai pengikut plato, namun banyak pemikirannya yang juga amat terpengaruh dari Kant. Rasionalisme Hegel (1770-1831) adalah Filsuf sezaman dengan Kant, dan kemudian banyak memperhatikan gagasan gagasan Kant tentang Idealisme. Menurut Hegel Negara ideal adalah Prusia. Yaitu negara tempat dia tinggal, yang sekarang bernama Jerman. Negara ideal menurut Hegel adalah negara dimana rakyatnya makmur sejahtera, memiliki alat produksi masing – masing dan tidak tertekan oleh pajak, serta aturan aturan dari raja. Akal menurut Hegel ialah kepastian atas semua realitas yang ada. Oleh karena itu hegel sangat percaya dengan rasionalitas. Rasioanalitas Hegel kemudian dapat kita kenal sekarang lewat “ Dialektika” bagi Hegel setiap kebenaran harus melampaui tiga fase : Tesis, Antitesis, dan Sintesis. Metode dialektika ini sering di gunakan Hegel sebagai pisau analisa untuk menulis Sejarah. Bapak Sejarah Kritis. Hegel membawa evolusi bagi setiap Ilmu. Baik ilmu kemanusian ataupun ilmu kemasyarakatan. Selanjutnya Hegel di kenal sebagai Bapak Sejarah Kritis. Dia membagi sejarah kedalam tiga jenis pokok. Pertama adalah sejarah biasa, sejarah reflektif, kemudian adalah Sejarah Filsafati.
Sejarah dalam pelbagai bentuk ini sudah banyak dikembangkan oleh pelbagai Filsuf modern, sampai post modern hari ini. Pemikiran Hegel dapat di kategorikan sebagai pemikiran Filsuf yang paling rumit untuk di pahami. Kendati demikian, kuliah – kuliah Hegel soal Sejarah banyak di gandrungi di Jerman. Banyak pemikir – pemikir jerman yang kemudian mengadopsi dan membuat antitesis berkenaan dengan pemikirannya. Banyak buku sudah di buat untuk membedah pemikiran Hegel. Diantaranya, The Jerman Ideologi, yang di tulis oleh muridnya sendiri. Karl H. Marx adalah seorang murid yang paling rajin mengikuti perkuliahan Hegel, dia menyelami hampir seluruh pemikiran Hegel dan kemudian mensitesakan dengan pemikiran, realitas yang di dapat dari riset – risetnya soal keadaan sosial masyarakat Eropa di Inggris pada khususnya. Kapitalisme Marx menulis dalam The Jerman Ideology bahwa dialektika yang terjadi hingga berujung kebenaran adalah lewat basis realitas ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Berbeda dari Hegel yang mengkultuskan semuanya lewat Ide dan akan berakhirnya Sejarah. Marx menegaskan bahwa dialektika antara Materi dan Sejarah masyarakat tidak akan pernah berhenti dan akan terus berjalan selagi masyarakat itu ada.
Over produksi yang terjadi di tiap – tiap pabrik besar di Inggris menimbulkan sebuah kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin. Banyaknya tenaga kerja yang di rumahkan menimbulkan sebuah kelompok masyarakat tidak berdaya yang tidak memiliki faktor produksi. Sementara itu si Empunya faktor produksi terus menjalankan produksinya yang kian melimpah, dan memaksa golongan yang tidak mempunyai alat produksi tidak memiliki pilihan lain selain bekerja di pabrik – pabrik mereka. Dehumanisasi. Ditemukannya mesin uap oleh James Watt menggantikan tenaga manusia dengan mesin. Untuk efisiensi pemilik pabrik tentu memilih menggunakan mesin, dan kemudian merumahkan sekian banyak buruhnya. Keadaan buruh yang sudah di ujung tanduk semakin di perparah oleh kondisi mereka yang kehilangan pekerjaan. Si Kaya menganggap buruh (tenaga kerja) sebagai alat produksi untuk mendapatkan keuntungan. Tanpa kembali kenilai para pekerja sebagai manusia, yang memiliki keluarga dan memiliki kebutuhan dasar. Penghisapan dan penghancuran nilai kemanusian para pekerja yang terus menerus selama dua abad kemudian di sebut Karl H. Marx (abad ke-19) sebagai Kapitalisme. Riset mendalam Marx terhadap para buruh yang bekerja di pabrik temannya (Engels) dijewantahkan dalam tiga jilid masterpiece Das Capital I, II, III.
 Menurut Marx, tidak ada jalan untuk menghentikan kapitalisme kecuali dengan perlawanan kelas buruh, yang bertujuan merebut alat produksi dari pemilik pabrik. Atau secara evolutif kapitalisme akan hancur dengan sendirinya karena persaingan setiap pabrik, dan tidak adanya pasar akibat terlalu banyak barang hasil produksi. Pun demikian bangsa Eropa kenyataannya sampai hari ini masih lebih kaya secara ekonomi− kepemilikan faktor produksi dibandingkan negara berkembang, khususnya Indonesia. Indonesia yang berpenduduk 240 juta jiwa dijadikan ladang empuk bersarangnya kapitalisme. Pasar. Dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari betapa konsumtifnya masyarakat Indonesia. Eksistensi manusia yang sejak pada masa Rene Descartes disebut “Cogito Ergosum (aku berpikir, karena aku ada)” dengan cepat berubah menjadi “Kalo discount harus borong.” Pasalnya, kapitalisme yang sudah memperbaiki diri menjadi neo-liberalisme terlanjur masuk terlalu dalam di bumi yang kita pijak ini. Bahkan dalam ranah pendidikan.
Tidak usah jauh – jauh mengambil contoh Sekolah Berstandard Internasional, atau gosip sekolah gratis sampai tingkat SMP. Pernahkah kampus kita (UNJ) melakukan riset tentang lulusannya? Berapa persentase dari mereka yang telah lulus dan memutuskan untuk menjadi pengabdi dalam dunia pendidikan−menjadi ahli pendidikan, guru, dosen. Kemudian adakah jurusan di Universitas kita yang boros, ada jurusan dan lulusannya tetapi tidak terpakai keterampilan dan ijazahnya di masyarakat? Coba kita tanyakan kepada diri kita masing – masing apa dan bagaimanakah seharusnya Indonesia, melihat catatan panjang sejarah kemakmuran negeri ini dalam Nusantara. Selanjutnya kita kembali kepada Jostein Gaarder. Akhir dari novel ini mencengangkan. Ternyata Sophie adalah novel kado ulang tahun dari ayah seorang gadis bernama Hilde Mooler Knag. Sebagai catatan berfilsafat adalah berpikir menuju kebijaksanaan. Namun, ada baiknya dalam kehidupan sehari hari tidak terjebak dalam ruang pikir dan wacana. mengutip Vladimir Ilich Lenin, Revolusi adalah Praktek.

1 komentar:

  1. Best free play casino bonuses and promotions - Curacao
    Find all the casino games available in the list below. All you need to do is 메리트 카지노 join an online casino, you can septcasino play for free with the best free play bonuses from 카지노사이트

    BalasHapus