Berbeda
itu unik dan menjual
Buku The Rebel Sell
ini sejak awal langsung menghentak dengan narasi kematian raja musik grunge
Kurt Cobain. Sebagai pemusik beraliran grunge yang menjadi sisi lain
terhadap hippies, kesuksesan tiba-tiba sekaligus aksi bunuh diri Cobain di
puncak popularitasnya termasuk fenomena menarik. Banyak orang percaya Cobain
depresi karena terus menerus dihantui tudingan dari dirinya sendiri sebagai
pribadi yang menggadaikan idealisme musik grunge
yang seharusnya independen melawan jalur
kapitalisme.
Tahu sepatu Vans, Doc Marten, Blundstone.
Awalnya sepatu ini hadir sebagai perlawanan dari sepatu Nike. Perusahaan Nike
bekerja dengan upah buruh murah. Oleh karena itu, untuk melawannya dimunculkan
sepatu-sepatu tandingan tersebut. Pernah berbelanja di distro (distribution
store). Awalnya distro ini sebagai perlawan atas merek sandang terkenal.
Hal-hal itulah yang disebut sebagai budaya
tanding. Budaya
tanding merupakan perlawanan
terhadap budaya mainstream. Bagai dua kekuatan yang
saling berlawanan tetapi tidak bisa dipisahkan, budaya tanding adalah antitesis
bagi tesis budaya umum. Budaya mainstream mesti dilawan karena
dianggap buruk, statis, menindas, dan perlu diperbaiki. Wujudnya macam-macam.
Mengeluarkan produk baru, menciptakan musik berbeda, dan tawaran alternatif
lainnya. Bahkan kenyelenehan.
Namun, sebagai ideologi pembangkangan,
budaya tanding
justru menghasilkan membuka konsumerisme baru. Seperti kasus sepatu tadi. Sepatu-sepatu
alternatif itu justru menjadi komoditas baru yang layak diperjualbelikan
seperti Nike. Dengan harga yang tidak jauh pula. Kemunculan distro saat ini
tidak ubahnya seperti toko bisa dengan berbagai barang. Bahkan harganya bisa
lebih mahal dari toko pasaran biasa. Contoh lainnya ialah kemunculan Burger
King sebagai tandingan McDonald yang telah menjamur. Tapi akhirnya Burger King menjadi
tren baru dimasyarakat.
Budaya tanding memang banyak muncul untuk
melawan kapitalisme. Uniknya pertemuan keduanya justru menghasilkan celah kapital baru. Yang tidak sekadar
menjadi entitas ekonomi yang marjinal, tapi mampu meraksasa dan
menjadi lokomotif habitus pemasaran baru.
Repotnya hasrat untuk melawan arus, untuk menjadi berbeda,
termasuk mengeraskan hati untuk menjalani hidup alternatif yang unik bahkan
cenderung sinting ini justru merupakan kekuatan utama pendorong kapitalisme dan
konsumerime kontemporer. Penulis buku ini bahkan berhasil memeparkan bahwa ide bahwa pemberontakan gaya
hidup individual yang diharpkan bisa mengguncang sistem, ternyata dalam tataran
masif justru semakin memapankan masyarakat konsumen yang hendak ditentangnya.
Dalam Hal ini, tak dapat dipungkiri budaya tanding turut mendukung sifat-sifat
kapitalisme itu sendiri. Keberagaman, kreasi, inovasi itulah beberapa sifat
kapitalisme. Jelas budaya tanding ini hanya menghasilkan heterogenitas produk
dan jenis.
Kekeliruan
lain ide budaya tanding yang ditunjukkan oleh buku ini, para pemberontak itu
menuding bahwa konsumerisme melahirkan keseragaman. Padahal, kebalikannya,
konsumerisme sebenarnya lebih didorong oleh hasrat untuk menjadi beda. Sehingga
budaya tanding justru menegaskan kesadaran individu akan pentingnya berbeda.
Dengan kata lain, gerakan antikonsumerisme pada akhirnya justru mendorong apa
yang disebut sebagai konsumerisme (orang berlomba-lomba membeli sesuatu) untuk
menjadi yang paling keren, paling beda. Karena, berbeda
itu seksi, alias laku dijual.
Lebih parah lagi, ide-ide budaya tanding juga telah mempengaruhi
politik progresif dan memelencengkannya dari cita-cita awal memperjuangkan
keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Menariknya, pengusaha yang
membaca buku ini akan semakin yakin bahwa untuk sukses pada jaman yang semakin
mendatar ini harus berani menjalankan roda ekonomi dengan cara yang berbeda,
radikal bahkan disebut radikal itu menjual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar