Mahasiswa kedinasan dari Papua harus lebih sabar menunggu laptopnya.
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
membuat program pengadaan laptop untuk mahasiswa kedinasan. Program ini
digagas langsung oleh Dudung, Sekretaris Jurusan PGSD. Ia merasa bahwa
semangat belajar mahasiswa kedinasan perlu mendapat apresiasi. Selain
itu, program berbentuk pemberian kredit laptop ini, merupakan wujud
itikad baik untuk memudahkan mahasiswa mengerjakan tugas perkuliahan.
“Program ini saya bentuk atas permintaan mahasiswa kedinasan Ini
merupakan salah satu bentuk apresiasi saya terhadap keseriusan mahasiswa
kedinasan dalam melaksakan perkuliahan,” tutur Dudung . Hal ini pun
diamini oleh Denis, Mahasiswa PPGT 2010 dari Nabire, “Ya, jika ada tugas
yang sangat mendadak dan esok hari harus dikumpulkan kami terpaksa
begadang untuk menyelesaikan tugas itu.”
Mahasiswa kedinasan adalah mereka yang
dikirim dari berbagai daerah di Indonesia, misalnya Papua, untuk kuliah
di UNJ. Biaya hidup mereka ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah
(PEMDA) asal. Mereka dikirimi uang Rp 550.000 per bulan dengan rincian
Rp 250.000 uang saku dan Rp 300.000 uang buku. Dengan bergulirnya
program pengadaan laptop, maka mereka harus menyisihkan lebih dari
separuh uang saku dari PEMDA, untuk membayar kredit laptop. “Masalah
besarnya potongan uang itu ya sampai lunas dan tergantung merek gadgetnya,”
ungkap Dudung. Sehingga, mahasiswa pun harus rela jika uang sakunya
harus dipotong untuk mencicil laptop. Yakni sejumlah Rp 300.000 per
bulan untuk netbook dan Rp 400.000 per bulan untuk laptop.
Terkait pengadaan laptop, Dudung
mengungkapkan bahwa, ia masih mencari supplier yang
menyedialan barang bagus dengan harga murah. Untuk itu, ia melakukan
komparasi ke berbagai tempat. “Saya mencari sendiri ke toko-toko gadget
di daerah Mangga Dua, Kenari Mas dan Glodok, lalu saya membandingkannya
mana yang lebih murah dan bagus. Sejauh ini saya masih melakukan
komparasi, jadi mahasiswa harus lebih sabar menunggu,” tandasnya.
Program ini sudah berjalan sejak bulan
Desember 2011, namun hingga kini laptop yang seharusnya sudah diberikan
kepada mahasiswa kedinasan belum juga datang. Padahal uang mereka sudah
dipotong untuk angsuran sejak awal program berjalan. Hal ini membuat
banyak mahasiswa kedinasan geram. “Saya merespon baik ketika bulan
Desember diadakan program pengadaan laptop. Ini sangat membantu saya
yang kesulitan mengerjakan tugas kuliah. Tapi, hingga kini laptop belum
jelas, padahal uang kiriman sudah dipotong,” ungkap Jammy kesal.
“Programnya tidak begitu jelas, saya sudah tunggu dari bulan Januari,
akhirnya saya beli laptop sendiri tetapi tetap saja uang saya dipotong
untuk program ini,” tambah Misbahul, Mahasiswa PPGT dari Papua.
Keberlangsungan program pengadaan laptop
ini rupanya menghasilkan masalah baru bagi mahasiswa kedinasan. Mereka
pun protes atas situasi yang malah menjadi tidak jelas. Pemotongan uang
saku sudah dilakukan, namun laptop tak kunjung datang. “Programnya belum
berjalan, katanya baru mau dimulai ketika April nanti tapi uang kita
sudah dipotong sebesar Rp 300.000,“ protes Alfred, mahasiswa PPGT Papua.
Ironisnya, pihak jurusan dan dekanat
justru tidak tahu menahu mengenai program ini. “Saya tidak tahu-menahu
mengenai laptop itu karena saya baru diangkat menjadi ketua jurusan dan
sedang fokus dengan proyek kerja saya saat ini,” ungkap Arifin Maksum
Ketua Jurusan PGSD. Nariah, Sekretaris Dekan FIP menambahkan, “saya pun
tidak tahu bahwa ada program seperti itu terlebih sampai memotong uang
jajan mereka (mahasiswa kedinasan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar