Judul Buku : Sukarno, Marxisme dan Lenninisme Penulis : Peter Kasenda Penerbit : Komunitas Bambu Tahun terbit : Cetakan satu, April 2014 Tebal : XIV + 274 Halaman
ISBN 978-602-9402-45-2
|
Dalam sebuah
masyarakat sejati tidak boleh ada yang kaya mau pun miskin. Orang yang berhasil
memperoleh terlalu banyak akan menyebabkan orang lain kekurangan. – Francois
Noel Babeuf-
Ketika
berbicara tentang Soekarno, kita tak akan pernah kehabisan tema untuk
membahasnya. Meskipun sudah meninggal dunia
44 tahun yang lalu. Namun, ajaran-ajarannya tetap saja menghantui
ingatan orang. Lihat saja dalam setiap pemilihan umum (pemilu) Megawati
Sukarnoputri selalu membawa Soekarno dalam setiap acara Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP). Di masa Orde baru, peran Soekarno dilemahkan dalam
sejarah. Ia dituduh terlibat dalam
peristiwa Gerakan 30 September. Namun, itu tak membuat Megawati gentar dan
terus membawa sosok Soekarno.
Di era
reformasi terdapat sejumlah partai politik dan organisasi masyarakat yang
mengkalim bahwa ia mempunyai hubungan ideologis dengan Soekarno. Ini dibuktikan
dengan banyaknya partai yang coba menghidupkan pemikiran Soekarno dalam Platform partai yang disosialisaikan
melaui iklan di televisi. Hal itulah yang membuat Soekarno kembali menghantui
rakyat Indonesia.
Ide Soekarno
yang kembali digalakkan adalah tentang kedaulatan ekonomi. Soekarno sangat
terpengaruh oleh sosok Karl Marx dan Lenin dalam wacana ekonominya. Baginya,
ajaran ekonomi Marx dan Lenin sangat cocok untuk negara-negara jajahan melawan
imperialime. Imperialisme bagi Soekarno telah menyebabkan bangsanya yang begitu
subur, kaya dan indah memiliki penduduk yang menjadi gembel (hal.41).
Dalam
perenungannya, Soekarno yakin untuk merebut kembali kekayaan Indonesia hanya
diperlukan satu jalan yakni revolusi. Revolusi harus dilalui harus dilaui untuk
mewujudkan masyarakat tanpa kapitalisme dan imperalisme. Revolusi nasional
diperlukan untuk memperoleh kemerdekaan yang menjadi prasyarat utama
terciptanya masyarakat sosialis yang dicita-citakan.
Oleh
karena itu, Soekarno saat menyampaikan pancasila dalam sidang Badan
penyelidikan usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menyebutkan bahwa
kemerdekaan hanyalah “jembatan emas”. Setelah prasyarat itu dipenuhi, kemudian
diharapkan terjadi revolusi sosial agar negara yang tercipta oleh kaum marhaen,
bukan dipimpin oleh borjuasi nasional yang hanya ingin mendapatkan keuntungan
dari tanah Indonesia untuk diri sendiri. Wujud nyata kedaulatan ekonomi
Indonesia oleh Soekarno dipraktekkan dengan menasionalisasi perusahaan asing.
Tujuannya agar seluruh kekayaan Indonesia dapat diolah dan dinikmati oleh
rakyat Indonesia sendiri. Lebih dari itu, Soekarno berharap agar tidak ada lagi
Exploitation de l’homme par l’homme dan
exploitation de nation par nation.
Kedaulatan
ekonomi tersebut akan terlaksana jika kita berdaulat dalam hal politik. Karena,
semua sendi kehidupan kita ditentukan oleh politik. Untuk itu semua diperlukan
masyarakat yang mengerti politik dan diperlukan satu partai pelopor untuk
memberikan politik. Dalam hal ini, Soekarno menginginkan Indonesia hanya
mempunyai partai tunggal seperti Bolshevik saat Lennin memimpin Uni Soviet.
Ini
sudah dipraktekkannya ketika mencanagkan hanya ada satu partai diawal
kemerdekaan yakni Partai Nasional Indonesia (PNI). Baginya, diperlukan satu
partai yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan negara. Bukan banyak partai
tapi hanya mendahulukan kepentingan kelompoknya dibanding kepentingan rakyat.
Namun,
sekarang ini kita dapat melihat dengan mata telanjang bagaimana kekayaan
Indonesia dikuasai oleh asing. Bumi Indonesia sudah dikeruk dalam-dalam oleh
Freeport dan Newmont. Rakyat yang berada dekat dengan lokasi pertambangan hanya
mendapatkan limbah. Sepanjang 2013, limbah Newmont di Nusa Tenggara telah
membuat bayi yang terlahir 80% cacat.
Ini disebabkan newmont membuang limbah pertambangan ke sungai. Belum lagi, di
sebuah harian nasional disebutkan bahwa tahun 2014 ini freeport tak membagikan
devidennya untuk untuk Indonesia. Mengutip pernyataan Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad bahwa jika kita menasionalisasi
pertambangan asing di Indonesia, rakyat Indonesia akan mendapatkan gaji 20juta
per bulan.
Banyaknya
paratai peserta pemilu saat ini sibuk
memikirkan koalisi untuk mendapatkan jatah kursi mentri dan akan mementingkan
kelompoknya dibanding kepentingan rakyat. Buku sebanyak enam bab ini menjadi
wajib dibaca untuk mengetahui pemikiran Soekarno dibidang politik dan ekonomi
demi Indonesia yang berdaulat atas tanah, air dan udaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar