Judul
Buku : PETA PEMIKIRAN KARL MARX
(Materialisme Dialektis dan Materialisme historis)
Penulis : Andi Muawiyah Ramly
Penerbit : LkiS, Yogyakarta
Cetakan : 2000
Tebal : xiv + 195 halaman
(Materialisme Dialektis dan Materialisme historis)
Penulis : Andi Muawiyah Ramly
Penerbit : LkiS, Yogyakarta
Cetakan : 2000
Tebal : xiv + 195 halaman
Marxisme yang selama ini dianggap "hantu" di
Indonesia, menyebabkan masyarakat sangat takut untuk mengenal, apalagi masuk
kepada luas dan tajamnya pemikiran Karl Marx. Jika dogma ini terus tumbuh,
suatu kerugian yang sangat besar untuk mengabaikan pemikiran karl marx sebagai
ilmu pengetahuan dan juga sebagai seorang ideolog yang banyak melakukan
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Sebenarnya masyarakat tidak perlu
larut dengan doktrin yang dibentuk oleh pemerintah orde baru tersebut. Memang,
jika kita mempelajari pemikiran "mbah jenggot" ini secara tertutup,
asal telan saja, maka jelas akan sangat berbahaya. Tetapi jika kita memahaminya
secara terbuka dan kritis, pada dasarnya "tidak ada yang salah"
dengan pemikiran-pemikiran Marx.
Di awal buku Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme
Dialektis dan Materialisme Historis) karya Andi muawiyah Ramly ini, penulis
menolak anggapan bahwa seorang yang mempelajari Marxisme otomatis menjadi
seorang marxis. Dengan merujuk pada tokoh Mohammad Hatta yang mempelajari
Marxisme namun sangat teguh memegang ajaran Islam. Penulis juga mencoba
menjembatani kesalahpahaman yang mengidentikkan Marxisme dengan Komunisme,
karena keduanya berbeda. Sementara itu, Friedrich Engels dan Karl Kautsky
membakukan ajaran Marx dengan istilah "Marxisme" dan melakukan
penyederhanaan-penyederhanaan terhadap pemikiran Marx yang dianggap banyak
pengamat menyimpang. Mungkin sebab itulah Karl Marx berujar "Yang saya
tahu, saya bukan seorang Marxis". Karena itu penulis menganggap bahwa
Marxisme tidak sama dengan ajaran Marx.
Di awal buku ini pun disampaikan tiga alasan yang
melatarbelakangi penulis dalam mengetengahkan peta pemikiran Marx. Pertama,
ajaran Karl Marx menawarkan janji penyelamatan sosial, sehingga para
penganutnya mempunyai rasa optimis untuk mencapai kedamaian dan keamanan serta
pemecahan berbagai persoalan. Kedua, hampir setiap aktivitas manusia modern
berada dalam lingkup dan bahasan dari pola gagasan marx. Jadi tidak dapat
dilewatkan dalam babakan akademisi dan kehidupan praksis. Ketiga, ajaran Marx
tidak pernah usang untuk dibicarakan karena sesuai dengan realita dan perubahan
zaman.
Bab pertama buku ini mengupas habis riwayat hidup Marx. Pada
tanggal 5 mei 1818 Karl Heinrich Marx terlahir di Traves, Prusia (sekarang
Jerman). Pada usia 23 tahun ia memperoleh gelar doktor dalam ilmu filsafat,
dengan disertasi :The Difference Between the Natural Philosophy of Democritos
and Natural Philosophy of Epicurus ( Perbedaan antara Fisafat Alam Democritos
dan Filsafat Alam Epicurus). Marx menjadi wartawan karena gagal merintis karier
dosen. Kemudian ia pindah ke Koln dan menjadi seorang Pemimpin Redaksi majalah
oposisi Rheinissche Zeitung. Setelah majalahnya diberangus karena kritikannya
terhadap pemerintah terlalu tajam, Marx pindah ke Paris. Ini adalah awal
pengembaraan yang panjang, di sini ia merasakan penderitaan , pengucilan ,
pengusiran, dan penjara yang sangat berpengaruh terhadap kesadarannya tentang
arti kemiskinan.
Marx banyak mengutip ajaran pemikir-pemikir sebelumnya untuk
menyempurnakan teorinya. Marx menggali ajaran revolusi dan Sosialisme dari
Perancis , Ekonomi Politik dari Inggris serta filsafatnya yang ditimba langsung
dari tradisi kefilsafatan Jerman, yaitu Hegel dan Ludwig Fuerbach sehingga
lahirlah apa yang dinamakan filsafat Materialisme Historis.
Filsafat materialisme adalah anggapan dasar bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir dari ide (hal 90). Materialisme mengarah pada anggapan bahwa kenyataan yang sesunguhnya adalah benda atau materi, karena itu persoalan roh atau jiwa dianggap bukan sebagai substansi yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai proses materi.
Filsafat materialisme adalah anggapan dasar bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir dari ide (hal 90). Materialisme mengarah pada anggapan bahwa kenyataan yang sesunguhnya adalah benda atau materi, karena itu persoalan roh atau jiwa dianggap bukan sebagai substansi yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai proses materi.
Marx mengartikan Dilektika Materialisme sebagai keseluruhan
proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada perantara (halaman 110). Materialisme
Historis adalah penafsiran sejarah dari sudut ekonomi. Marx bertumpu pada dalil
bahwa produksi dan distribusi barang dan jasa merupakan dasar untuk membantu
manusia mengembangkan eksistensinya. Jadi di sini digambarkan bahwa kehidupan
sosial ekonomi yang mendasari setiap kiprah manusia. Marx juga menyatakan bahwa
riwayat pada setiap masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas. Konsep
pertentangan kelas merupakan pokok soal yang diturunkan dari cara produksi dan
hubungan produksi yang timpang dalam masyarakat.
Buku ini merupakan bacaan yang cuku[ menarik jika kita
mengkajinya secara kritis, terbuka dan tidak asal "telan" saja. Sudah
saatnya bangsa Indonesia mulai membuka diri dan bersikap lebih objektif
terhadap realitas yang terjadi, bukan hanya menakut-nakuti masyarakat dengan
isu bahaya laten yang malah membelenggu ruang demokrasi di bumi Indonesia.
Karena setelah sekian lama kita berjalan dalam ketakutan yang sengaja dibuat,
namun realitanya semua itu hanya membatasi pemikiran manusia yang haus akan
ilmu. Saatnya telah tiba untuk sama-sama membuka cakrawala pengetahuan untuk
melangkah menuju sebuah kemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar